25 Rumah Transmigrasi di Fakfak Terbakar
Fakfak, PbP – Kebakaran lahan dan hutan baru-baru ini terjadi di Distrik Bomberay, Kabupaten Fakfak, yang mengakibatkan 25 rumah warga transmigrasi ikut hangus terbakar.
Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Fakfak Abuthalib Paus Paus, S.Sos, ketika dihubungi Papua barat Pos via ponsel, Sabtu (28/9) membenarkan kejadian tersebut.
Dijelaskannya, bahwa kebakaran hutan dan lahan di tahun 2019 di wilayah Bomberay, telah mengakibatkan 25 unit rumah warga penduduk trans dilahap si jago merah dan hangus terbakar.
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Transmigrasi, kata dia, sedianya ada 26 unit rumah yang terbakar. Namun 1 unit rumah, terbakar di tahun 2016 dan saat ini menjadi perhatian pemerintah pusat, maupun Kabupaten Fakfak.
Ditanya mengenai kerugian akibat kebakaran tersebut dan menimpah 25 unit rumah warga, Abuthalib mengatakan, ada sebagian yang memiliki isi rumah dan sebagian tidak. Sementara saat kebakaran terjadi, sejumlah rumah trans ini tidak dihuni dan mereka sedang berada di kota.
“Saat kebakaran ada sebagian warga masih di rumah, sementara sebagian lainya turun ke kota. Beberapa rumah juga hangus beserta isinya,”jelasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Fakfak, Efraim Kambu, S.Sos, M.Si, ketika dikonfirmasi, membenarkan soal kebakaran hutan dan lahan yang terjadi wilayah tersebut, serta menghanguskan 25 unit rumah warga transmigrasi.
Kambu mengatakan, kebakaran hutan diduga ada unsur kesengajaan oleh warga yang ingin membuka lahan kebun baru, serta adanya pengaruh musim kemarau yang terjadi belakangan ini. Untuk pemadaman hutan tersebut, kata dia, mereka membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan lamanya.
Ditanya mengenai kendala yang dihadapi selama proses pemdaman berlangsung, Kambu mengakui fasilitas pemadam sangat terbatas dan nyaris tidak tersedia, seperti kendaraan pemadaman yang dilengkapi peralatan lainya tak tersedia.
“Selama pemadaman berlangsung kita menemui sejumlah kendala, yang utama adalah masalah fasilitas pemadaman. Kadang kami tidak bisa menjangkau beberapa titik api, karena selang yang kami miliki bukan standard, sehingga staf kami kadang memadamkan api hanya dengan cara manual saja,”tuntas Kambu. [MON-HM]