Model Pendidikan Di Masa Pandemik Covid-19

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

Sejak tahun 2020, dunia pendidikan sedang mengalami keterpurukan dengan adanya wabah pandemik COVID-19 yang mempersulit untuk melakukan proses belajar mengajar dengan normal, namun dengan berjalannya waktu perlahan mulai bisa bangkit dan dituntut untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini dengan bangkit dari keterpurukan. Di sektor pendidikan pun sudah ada solusi untuk bisa keluar dari keterpurukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi dengan pola pembelajaran jarak jauh atau daring.

Maryatin
Maryatin

Guna Tetap bisa mencerdaskan anak bangsa, guru tetap melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan aplikasi zoom dengan demikian murid tetap bisa belajar dan tidak ketinggalan dalam pelajarannya. Namun seiring berjalannya waktu, tidak sedikit siswa juga yang komplen, karena terlalu lama tidak ketemu sudah lupa dengan teman sebangkunya, sekarang ini siswa di rumitkan dengan kondisi kejenuhan karena sudah lama tidak ketemu dengan teman sebayanya dan sudah lupa dengan teman sebangkunya.

Kondisi ini tentu sangat membuat siswa bosan dan sangat merindukan kelas untuk bisa berkumpul lagi bersama teman-teman di sekolah. Dan memang kerinduan yang sama pun juga turut dirasakan oleh guru-guru. Namun dengan menggunakan aplikasi Zoom ini justru murid tidak lupa siapa teman kelas atau sebangku disekolah. Karena untuk yang tidak mempunyai handphone Android bisa menggunakan telfon, banyak cara yang dilakukan guru-guru untuk tetap bisa mencerdaskan anak bangsa di masa pandemik walaupun dengan ruang yang terbatas.

Selain itu juga, terlepas dari peran guru harus ada juga peran orangtua yang mendidik selama melakukan pembayaran melalui zoom, untuk dapat mendampingi anak-anaknya agar tidak menonton siaran pendidikan yang tidak mendidik, tapi dampingi anak ke siaran yang mendidik. Dikutib dari media Indonesia, secara emosi perkembangan anak didik sangat berbeda bisa dibandingkan dengan perkembangan anak didik yang mengikuti mekanisme belajar tatap muka. Namun belum dapat diramalkan apakah ada dampak negatif dari mekanisme sekolah dirumah bagi anak didik nantinya.

Dari sini, banyak fakta yang menunjukkan bahwa peran guru di sekolah memang masih terlalu berat untuk di gantikan, jangankan untuk menciptakan suasana belajar yang hangat tapi tidak sedikit orangtua dan anak yang justru mengakui bahwa rumah terasa begitu mencekam sejak adanya wabah Covid-19. Anak-anak yang jenuh, bapak dan ibu yang pusing kepala luar biasa yang tidak bisa menciptakan rumah yang hangat untuk belajar anak. Dari sisi psikologi anak, anak yang bisa menuruti kemauan orangtua ada pula pula yang tidak bisa, justru anak lebih mendengar gurunya.

Alhamdulillah dengan berjalannya waktu, pembelajaran tatap muka di sekolah telah dimulai pada tanggal 17 Maret 2021, terlihat anak-anak sangat antusias dan sangat bersemangat karena bisa bertemu dengan teman sekolah. Sebelum masuk di area sekolah, guru-guru telah menunggu siswa di gerbang sekolah untuk menyambut anak-anak agar tetap memperhatikan protokol kesehatan selama berada di sekolah.

Sebelum masuk di cek suhu tubuh, siswa diarahkan mencuci tangan dan berjaga jarak tidak melakukan kerumunan. Sebelum pembelajaran tatap muka di berlakukan, 80 persen guru-guru SD Inpres 109 perumnas divaksin untuk menjaga keamanan dan kesehatan selama melakukan proses pembelajaran. [Penulis : Kepala sekolah SD Inpres 109 Perumnas, Maryatin M. Pd]

Please follow and like us:
Like
Like Love Haha Wow Sad Angry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *