Kehadiran Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) PMKRI Sorong Raya yang telah dibentuk menuai pertanyakan dari sejumlah alumni pengurus PMKRI. Pasalnya, terbentuknya forum ini dinilai ada kepentingan atau orientasi lain dari orang-orang tertentu.
Mantan Ketua PMKRI Cabang Sorong tahun 2014-2015, Oktovianus Sewia mempertanyakan kehadiran Forkoma PMKRI se-Sorong Raya yang telah terbentuk. Menurutnya, sejauh ini baik sisi komunikasi dan rekonsiliasi untuk penyatuhan dari seluruh orang Katolik dan senior-senior alumni PMKRI tidak berjalan evektif. Justru kesannya bahwa ada kepentingan orang-ornng tertentu dibalik pembentukan forum ini.
“Saya menilai bahwa pembentukan forum ini hanya kepentingan segelintir orang untuk politik tahun 2024. Sebab komunikasu dan rekonsiliasi untuk pembentukan forum ini tidak berjalan efektif,” akunya kepada media ini di salah satu rumah makan di Kota Sorong, Kamis (7/10).
Diakui bahwa pembentukan ini tidak melibatkan seluruh alumni dan kesannya terdesak kemudian tidak dikoordinasikan secara baik dalam pembentukan forum ini. Lantas pertanyaannya adalah kehadiran Forkoma untuk apa, kemudian jika untuk kepentingan senior dan kader PMKRI maka perlu dikoordinasikan secara baik. Sehingga nantinya kehadiran Forkoma ini benar-benar memberikan legitimasi dan membawa kepentingan bagi para senior dan alumi PMKRI yang ada di Sorong.
“Kami tidak menginginkan kalau ada orang-orang atau alumni dari cabang lain datang ke sini dengan kepentingan pribadi lalu mengabaikan senior atau alumni yang ada di Sorong. Saya sebagai mantan ketua merasa kecewa dengan proses ini,” jelasnya.
Karena itu dirinya berharap kepada Forkomanyang telah dibentuk ini segera melakukan rekonsiliasi dengan melibatkan seluruh orang Katolik dan tokoh-tokoh Katolik yang ada di Sorong Raya ini. Sehingga kehadiran Forkoma ini benar-benar representatif baik terhadap PMKRI di Sorong Raya.
Hal senda pun ditambahkan Fransiskus Nauw. Menurutnya kehadiran Forkoma ini merupakan kebijakan segelintir orang saja yang sengaja menggiring forum ini ke nuansa politik orang tertentu.
“Karena pembentukan forum ini saja, seorang mantan ketua PMKRI tidak dilibatkan, kami saja mantan pengurus lain tidak dilibatkan. Kalau berbicara soal Katolik bukan menyangkut segelintir orang melainkan satu keutuhan. Makanya jika dikaitkan dengan pembentukan forum ini harus melibatkan seluruh tokoh-tokoh Katolik baik orang Papua maupun non Papua supaya bagaimana kita membangun keutuhan,” tambahnya.
Berkaitan dengan persoalan itu, dia yakin bahwa Forkoma yang baru saja terbentuk dua minggu ini tidak akan berjalan maksimal, karena orientasinya mengarah kepada sebuah kepentingan pribadi.
“Jadi saya harap jangan lakukan musda, kami akan batalkan musda tersebut dengan tujuan lakukan konsolidasi terlebih dahulu,” harapnya.
Selain itu, Aleksander Taa pun mengampaikan bahwa pembentukan forum ini tidak melibatkan senior-senior atau mantan pengurus periode sebelumnya. Dan pembentukan forum ini pun dilakukan secara cepat dan terkesan dipaksa. Padalah seharusnya bertahap yakni melakukan komunikasi dan rekonsiliasi dengan seluruh alumni PMKRI se-Sorong Raya terkait maksud dan tujuan dari adanya forum ini.
“Sehingga ini bisa berjalan sesuai dengan harapan bersama nantinya, tapi ini dadakan, berarti ada apa di balik ini,” ucapnya.
Karena itu harapan yang sama pun disampaikan untuk membatalkan musda forum tersebut kemudian melakukan rekonsiliasi secara menyeluruh dengan melibatkan seluruh alumni PMKRI se-Sorong Raya.[jvn].