Pengoperasian KEK Sorong Terkendala

Hinga saat ini Kawasan ekonomi Khusus KEK Sorong belum juga beroperasi sebagaimana tujuan awal pembangunan KEK tersebut. Walau berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Sorong baik menarik investor untuk masuk melakukan investasi dan berbagai upaya lainya.
“Terkait dengan masalah pengoperasian KEK Sorong di tahun 2020 ada pergerakan, ada investor yang ingin masuk yakni dari raja jienji dan dan dimasek. Namun karena masalah Covid -19 jadi terhambat,” kata Kepala Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sorong,Dr Salmon Samori, S.Sos.,M.Si kepada media ini di lingkungan rumah dinas Bupati Sorong, kemarin.
Ia menjelaskan, masuknya investor jienji dan dimasek tidak nampak karena tidak ada pertemuan dan lain sebagainya, cuman lewat vicon. “Kami selalu ada komunikasi sampai terakhir bulan November 2020. Kami sudah bicara sampai pada tahapan lokasi yang nantinya akan di digunakan oleh kedua investor,” ungkap Samori.
Lanjut Samori, selain kedua jienji dan damasek papua daiving juga akan masuk mel membangun salah satu tempat untuk merehabilitasi kapal-kapal turis yang ada di Sorong . saat ini sudah dalam tahap penjajakan dan tahap diskusi dengan PT Malamoi Olom Wobok , Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Sorong yang menangani terkait dengan kegiatan bisnis yang akan masuk ke kawasan KEK.
KEK Sorong ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2016 sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pertama di tanah Papua. Penetapan KEK Sorong diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di timur Indonesia yang turut sejalan dengan salah satu prinsip Nawacita, yakni membangun Indonesia dari pinggiran. Berlokasi di Distrik Mayamuk, KEK Sorong dibangun di atas lahan seluas 523,7 Ha dan secara strategis berada pada jalur lintasan perdagangan internasional Asia Pasifik dan Australia.
KEK Sorong yang terletak di Selat Sele memberikan keunggulan geoekonomi yaitu potensi di sektor perikanan dan perhubungan laut. Lokasi tersebut juga sangat strategis untuk pengembangan industri logistik, agro industri serta pertambangan. Berdasarkan potensi yang dimiliki, KEK Sorong dikembangkan dengan basis kegiatan industri galangan kapal, agro industri, industri pertambangan dan logistik. KEK Sorong diproyeksikan menarik investasi sebesar Rp.32,2T dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 15.024 tenaga kerja hingga tahun 2025.
Pemerintah meresmikan beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong yang terletak di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat, pada Jumat, 11 Oktober 2019. Peresmian dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Sebelumnya, KEK Sorong ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 31 Tahun 2016. KEK ini beroperasi di atas lahan seluas 523,7 hektare.
Kegiatan utama di KEK Sorong meliputi industri pengolahan nikel, pengolahan kelapa sawit, hasil hutan dan perkebunan (sagu), serta pembangunan pergudangan logistik. KEK Sorong diproyeksikan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 15.024 orang.
Dari sisi infrastruktur, selama tiga tahun terakhir, Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun akses jalan utama beserta saluran drainase sepanjang 3,5 km dan jalan lingkungan sepanjang 6,5 km. Telah terbangun pula Pembangkit Listrik Mesin Gas (PLTMG), yakni PLTMG Waymon, PLTMG Arar, dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) PT PLN untuk memasok kebutuhan listrik di kawasan Sorong Raya, sehingga saat ini telah tersedia Daya Mampu sebesar 46 MW dengan cadangan sebesar 9 MW.
Untuk jangka pendek, air bersih untuk Pelabuhan Arar dan industri existing akan menggunakan sumur bor dengan kapasitas 5 liter/detik dan Penampung Air Hujan (PAH). Sementara, untuk jangka panjang akan dibangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang menggunakan sumber air dari Sungai Klasafet (Klamono) dengan kapasitas 500 liter/detik.
Sampai saat ini, investor yang bergabung dalam KEK Sorong antara lain adalah PT Semen Gresik (Semen Indonesia Group) untuk membangun pabrik pengemasan semen, PT Henrison Inti Putra untuk membangun pabrik pengolahan kayu dan sawit, dan PT Bumi Sarana Utama (Kalla Group) untuk membangun storage aspal curah.
Sedangkan, investor lain yang akan masuk yaitu PT Gag Nikel (untuk pembangunan smelter nikel), PT Pelindo IV (untuk pengembangan Pelabuhan Arar sebagai sarana konektivitas dan logistik), PT Numarin Terra Anugerah (untuk pembangunan cold storage perikanan), serta PT Power Gen (untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas/PLTMG sebesar 20 MW).
Pada saat acara Peresmian KEK Sorong, Jumat (11/10), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan bahwa dengan potensi yang dimilikinya, KEK Sorong berpeluang menjadi salah satu pilar ketahanan pangan nasional, khususnya protein berbasis kelautan. “Sehingga akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pesisir Papua,” ungkap Menko Darmin.
Untuk makin menyukseskan keberadaan KEK Sorong, diperlukan keterlibatan aktif dari masyarakat setempat. Maka itu, mereka harus dipersiapkan dari sisi pengetahuan, keterampilan (skill), serta kelembagaan ekonominya, supaya ke depannya dapat menjadi sumber daya manusia (SDM) yang lebih mumpuni.
“Salah satu yang penting di sini adalah pemberdayaan sosial ekonomi bagi masyarakat pesisir yang beroperasi di sekitar KEK Sorong melalui berbagai instrumen pendidikan vokasi (salah satunya Sekolah Menengah Kejuruan/SMK) dan pelatihan perkoperasian. Pemda juga perlu menjamin kemudahan perizinan bagi para calon investor,” ungkap Menko Darmin.
Senada dengan Menko Perekonomian, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan juga mengatakan, pembangunan KEK Sorong telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017-2022. Hal ini untuk meningkatkan perekonomian daerah dengan didukung pemanfaatan sumber daya lokal lintas sektor. Ke depannya, pembangunan di Papua Barat dapat meningkat sehingga mampu mengurangi kesenjangan antar wilayah.
Menurutnya, pembangunan kawasan KEK Sorong diperkirakan akan memakan biaya sebesar Rp2,3 triliun, dan sekarang telah menghabiskan anggaran sebesar Rp487 miliar, dan ke depannya ditargetkan akan dapat menarik investasi sampai Rp32,5 triliun. KEK Sorong juga akan mendongkrak perekonomian Kabupaten Sorong dengan proyeksi peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sekira Rp10,64 triliun pada 2030.
“Semoga ini menjadi perhatian dari pemerintah pusat, supaya pembangunan infrastruktur dan masuknya investasi ke KEK Sorong dapat berjalan maksimal. Ada beberapa catatan dengan kehadiran kawasan KEK, salah satunya yaitu dibutuhkannya tenaga kerja yang besar, jadi diharapkan akan dibangun Balai Latihan Kerja (BLK) skala nasional di daerah ini, maka nanti akan bisa membantu pemenuhan SDM di semua sektor industri yang ada di Papua Barat,” tuturnya.
Dominggus pun mengharapkan, para pemuda-pemudi Papua tidak hanya akan menjadi “penonton” saja dengan adanya KEK, melainkan mereka dapat bergabung di dalam industri-industri tersebut. “Kemudian, kami juga berharap jika di kawasan ini dibangun smelter, daripada hasil nikelnya dibawa ke pulau lain, jadi ini akan memberikan peluang dan kesempatan besar bagi anak-anak muda kami untuk bekerja di sana,” ujarnya. [MPS]

Please follow and like us:
Like
Like Love Haha Wow Sad Angry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *