“Terpanggil Pulang Untuk Mengabdi di Tanah Kelahiran”
Sorong, PbP – Terpanggil untuk mendedikasikan diri demi memastikan kemajuan di Provinsi Papua Barat Daya menjadi salah satu alasan mendasar sosok Elisa Kambu, S.Sos ingin bertarung di Pilkada PBD tahun 2024 ini.
Ya, nama Bupati Asmat ini memang tengah menjadi buah bibir masyarakat seantero PBD, usai dirinya secara resmi menyatakan maju sebagai bakal calon gubernur PBD, dengan mendaftar di sejumlah partai politik.
Elisa Kambu merupakan anak asli Papua Barat Daya, ia lahir di Kampung Tolak Ayamaru, Kabupaten Maybrat pada 12 Maret 1964 dari pasangan Alm. Hendrik Kambu (ayah) dan Y. Kambuaya (ibu). Elisa merupakan anak pertama dari 7 bersaudara (3 orang sudah meninggal dunia).
Elisa kecil pertama kali mengenyam pendidikan di SD YPK Arus dan menyelesaikannya pada tahun 1981, saat ia duduk di kelas 4 SD, ayahandanya dipanggil Tuhan, sehingga ia tinggal bersama ibunya hingga ibunya menikah lagi.
Kemudian Elisa melanjutkan sekolah di SMP Negeri Ayamaru dan tamat pada tahun 1984, sebelum akhirnya masuk ke SMA Negeri 413 Kampung Baru (sekarang SMA Negeri 1 Kota Sorong), tamat 1987.
“Dulu sekolah itu terpusat dan SMA Negeri 413 merupakan SMA tertua di Papua, nanti kemudian baru ada SMAN 414 Jayapura dan SMAN 415 Manokwari,” ujar Elisa saat bincang-bincang dengan awak media di kediamannya di Kota Sorong, belum lama ini.
Elisa menuturkan, setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, ia kemudian melanjutkan studinya di Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan Prodi Administrasi Negara.
Di kampus inilah, jiwa pemimpinnya mulai ditempah. Ia tidak hanya mengambil ilmu dari ruangan kuliah, tetapi ia bergelut dengan ragam kegiatan kemahasiswaan juga organisasi kampus.
Elisa didaulat menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara, Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa FISIP Uncen hingga Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi Uncen.
Ia juga aktif di GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) dan menjadi aktivis yang paling disegani di zamannya. Namun aktivitas di luar ruang kuliah ini membuat Elisa sempat terlambat kuliah, ia baru diwisuda pada tahun 1994.
“Memang kuliah saya jadi lambat karena sering ikut kegiatan organisasi, tapi saya bersyukur karena banyak manfaat dan pengalaman yang saya dapat,” sebut Elisa.
Usai menyelesaikan pendidikannya, Elisa langsung tancap gas meniti karir yang diawalinya dengan menjadi tenaga pendamping SP2W (sarjana pendamping purna waktu) yang merupakan Program Bappenas. Kala itu ia ditempatkan di salah satu kampung di Waritop, tepatnya di Kecamatan Mindiptanah Kabupaten Merauke (sekarang masuk wilayah Kabupaten Boven Digul) selama 1 tahun 9 bulan.
Ia kemudian mengikuti seleksi pegawai dan lulus, kemudian mendapat penempatan di Merauke pada tahun 1996. Dalam perjalanannya, ia sempat menjadi Kasubag Tata Usaha pada Bagian Umum Setda Merauke, kemudian dimutasi menjadi Kepala Distrik Fayit Kabupaten Merauke, setelah itu menjadi Kepala Distrik Agats (Kab. Merauke) dan kembali dipercaya sebagai Kepala Distrik Agats saat Agats masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Asmat.
“Saya jadi kepala distrik itu selama 6 tahun,” kisah Elisa.
Dedikasi, loyalitas dan kinerja yang sangat baik membuat karir Elisa kian menjulang. Ia pun ditunjuk menjadi Kabid Sosbud Bappeda selama 8 bulan, lalu diangkat menjadi inspektur, hingga kepala Bawasda Asmat selama 3 tahun (2007-2010), puncaknya pada 2010 ia dipercayakan menjadi Sekda Asmat. Jabatan sebagai Sekda ia emban selama kurang lebih 3 tahun (2010-2013).
Karirnya di birokrasi sempat meredup usai dirinya dinonjobkan akibat korban politik pada 2013. Status nonjob itu ia jalani dengan sukacita selama 2,5 tahun, sebelum akhirnya ia memutuskan banting stir mencoba meniti karir melalui jalur politik.
Ya, seperti pepatah kuno “Emas meski dibuang didalam lumpur sekalipun ia tetap emas dan tetap berkilau”, itulah yang terjadi. Jauh dari kampung halaman, jauh dari keluarga dan sanak saudara, tetapi emas itu berkilau, Elisa Kambu resmi mengucapkan sumpah dan janjinya sebagai Bupati Asmat terpilih pada tahun 2016 bersama wakilnya Thomas Eppe Safanpo.
Lima tahun mengabdi, menjadi ajang pembuktian bagi Elisa bahwa masyarakat Asmat tidak salah memilih pemimpin. Dengan pola kepemimpinan yang merakyat, Elisa Kambu mampu menghadirkan banyak kemajuan di Asmat. Hal inilah yang membuat dirinya kembali dipercaya menjadi Bupati Asmat untuk kedua kalinya, usai menang dalam Pilkada Asmat tahun 2020 lalu. Ia pun masih menjabat sebagai Bupati Asmat sampai sekarang.
Elisa sempat berpikir untuk menepi dari dunia politik dan birokrasi, usai menjadi bupati 2 periode di Asmat. Namun banyaknya dorongan dan permintaan dari masyarakat, membuatnya membulatkan tekad untuk pulang kampung dan memastikan diri masuk dalam bursa pencalonan gubernur Papua Barat Daya.
Ia memaparkan, 3 hal yang menjadi alasan dirinya mau bertarung, pertama dorongan yang begitu kuat dari masyarakat. Elisa sudah diminta sejak beberapa tahun lalu, ada yang datang ke Asmat memintanya maju sebagai calon gubernur PBD. Kemudian yang kedua, tentu sebagai warga negara dan orang asli Papua (OAP), ia merasa memiliki hak yang sama dengan kandidat lain dalam konteks dipilih dan memilih.
“Ketiga tentu saya ingin mendedikasikan diri, melayani dan membangun tanah kelahiran saya, Papua Barat Daya ini dengan cara pandang dan gaya kepemimpinan saya,” ucap Elisa.
Pada kesempatan itu, Elisa tidak menjabarkan secara gamblang visi dan misinya maju Cagub, karena menurutnya itu akan dilakukan pada waktunya jika sudah mendapat rekomendasi partai. Namun, secara prinsipal ia mengaku apa yang telah ia lakukan di Asmat akan dibawah ke Papua Barat Daya, jika dipercayakan Tuhan dan masyarakat menjadi gubernur.
“Prinsipnya saya selalu menyatu dengan masyarakat, karena idealnya pemimpin itu dia harus bisa menangis dan tertawa bersama rakyat. Di Asmat saya lakukan itu bahkan sejak saya jadi pegawai, masyarakat saya anggap orang tua dan sanak saudara saya, itu yang mungkin saya diterima dengan baik. Kalau dipercayakan jadi Gubernur Papua Barat Daya, kita akan jalan sama-sama dan lihat waktu yang akan membuktikan,” ungkap Elisa.
Diakhir penyampaiannya, Elisa berharap agar semua elit politik, khususnya para figur yang bertarung dalam Pilkada agar bisa memastikan Papua Barat Daya tetap menjadi rumah bersama, yang bisa memberikan rasa aman, nyaman dan damai bagi semua orang yang mendiaminya.
“Mari kita bertarung secara sehat dengan menawarkan ide-ide, program dan gagasan. Hindari politik hitam, politik memecah-bela dan permusuhan. Kita pastikan Papua Barat Daya ini aman dan damai, sehingga siapapun gubernur yang nanti terpilih dia adalah gubernur untuk seluruh masyarakat Papua Barat Daya,” pungkasnya. [JOY]