Sorong, PbP – Wakil Menteri (Wamen) Agama, Drs. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si melakukan kunjungan kerja dan mengisi sarasehan temu tokoh bertema ‘IAIN Sorong dan Pengembangan Kawasan Papua’ bertempat di kampus IAIN Sorong, Senin (30/11).
Wakil Menteri (Wamen) Agama pada kesempatan tersebut memberikan beberapa pesan kepada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang ada di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Zainut menegaskan pentingnya membangun suatu kampus yang tinggi dari segi humanisme, tetapi juga dalam segi spiritual. Hal itu disimpulkannya saat bertemu dan berdiskusi bersama beberapa tokoh intelektual Muslim. Dikatakannya bahwa STAIN, IAIN dan UIN yang ada di Indonesia cenderung mengalami kekeringan nilai spiritual.
Itu bisa dibuktikan saat melihat grafik calon mahasiswa yang berminat masuk ke kampus Islam tersebut. Meski secara grafik mengalami peningkatan, namun jika dilihat lebih seksama lagi mereka yang berminat itu adalah rata-rata lulusan sekolah umum, yang disusul lulusan dari madrasah. Menariknya, tidak sampai 1% mereka yang lulusan pesantren memilih kuliah di perguruan tinggi Islam.
“Artinya apa? Disinilah kita bisa melihat pentingnya tetap mempertahankan PTKIN sebagai institusi yang mendidik anak-anak menjadi tokoh agama, selain itu juga mumpuni di bidang sains dan teknologi. Sehingga kemampuan anak-anak kita dari ilmu agama dan dunia adalah suatu keniscayaan,” ucap Zainut.
Wamen menuntut terutama Rektor dan guru besar agar tetap mempertahankan jati diri PTKIN. Sehingga nantinya tidak terjadi kekeringan nilai spiritual. Dirinya juga berharap PTKIN mampu beradaptasi di tengah masyarakat, dimana di akuinya perkembangan zaman cepat sekali sekararang ini dan dinamis.
Dirinya juga berpesan kampus PTKIN mesti menjadi suatu taman yang bersemi dan terus berkembangnya nilai-nilai nasionalisme serta kebangsaan. Berbagai suku bangsa yang berbeda tetapi ketika masuk dalam ranah civitas akademika, tercipta ruang perjumpaan dan saling dialog satu sama lain.
“Tadi sudah disampaikan oleh pak Rektor IAIN Sorong, bahwa disini ada 17 asal mahasiswa dari berbagai daerah. Harusnya kampus ini bisa menjadi tempat berkumpul berbagai etnis dan suku, sehingga mampu menebarkan budaya-budaya Islam wasatiyyah yang Rahmatan Lil Alamin. Kampus harus bisa menjadi laboratorium kerukunan kepada semuanya, dalam rangka membangun persaudaraan. Juga sebagai wasilah memujudkan ukhuwah Islamiyah,” tutup Zainut. [CR35-SF]